Jigsaw adalah
tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model
pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.
1.
Guru membagi siswa dalam suatu kelas
menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah
serta jika mungkin anggota berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda.. Kelompok ini disebut
kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah
bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
2.
Masing-masing
kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk membahas topik, wakil ini
disebut dengan kelompok ahli.
3.
Kelompok ahli
berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk
menguasai topik tersebut serta menyusun rencana
bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.
4.
Setelah
memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing,
kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya.
5.
Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,
selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan
pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang
telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran
yang telah didiskusikan.
6.
Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
7.
Guru memberikan penghargaan
pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan
hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
8.
Perlu diperhatikan bahwa jika
menggunakan tipe Jigsaw untuk belajar materi baru, perlu dipersiapkan suatu
tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
Kunci
pembelajaran ini adalah interpedensi setiap siswa terhadap anggota kelompok
untuk memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan
tes dengan baik.
Bila dibandingkan dengan metode
pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan
yaitu:
1.
Mempermudah
pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas
menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
2.
Pemerataan
penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3.
Metode pembelajaran
ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
Dalam penerapannya sering
dijumpai beberapa permasalahan yaitu :
·
Siswa yang
aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya
diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan
jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak
terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan
pertanyaan apabila tidak mengerti.
·
Siswa yang memiliki
kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk
menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi
hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja
mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
·
Siswa yang
cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai
menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang
untuk mengikuti jalannya diskusi.
·
Siswa yang
tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.
Referensi:
______. 2012. Model Pembelajaran Jigsaw. [Online].
(Tanggal Akses: 19/01/13 16.20 WIB)
Arini, Yusti. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif (CooperativeLearning) dan Aplikasinya sebagai UpayaPeningkatan Kualitas Proses Pembelajaran. [Online]. (Tanggal Akses:
19/01/13 14.20 WIB)
No comments:
Post a Comment