BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Membelajarkan
sekelompok siswa membutuhkan seni tersendiri, baik dalam menyampaikan
pokok-pokok pembelajaran maupun dalam membuat siswa menerima pribadi atau sosok
pendidik itu sendiri. Dalam hal ini saya menekankan pada permasalahan kekurang
mengertian pendidik tentang bagaimana bersikap sehingga siswa salah persepsi
kemudian menghindar atau merasa tidak nyaman selama proses belajarnya. Padahal
untuk dapat memahami suatu hal sekecil apa pun dibutuhkan suatu perasaan nyaman
untuk menerima pengetahuan baru.
Anak-anak
cenderung sulit menerima pengetahuan baru dari orang yang belum dia percayai
karena berbagai faktor, misalnya faktor orang tua yang selalu mengatakan
padanya agar berhati-hati pada orang asing. Pendidik yang tidak mengetahui
karakter siswanya dengan baik akan membahayakan siswa tersebut karena mungkin
saja sikap yang diambil dalam proses pembelajaran terhadap siswa tersebut
kurang tepat hingga menyebabkan siswa tersebut trauma belajar dari pendidik
itu. Sehingga sangat penting seorang pendidik memiliki kedekatan emosi dengan
siswanya untuk menghindari salah persepsi dari siswa terhadap pendidik.
Ada
banyak metode yang telah lulus uji penelitian para peneliti pendidikan, namun
semua hanya berakhir menjadi seonggok tumpukan pengetahuan yang kemudian akan
berkarat karena kurang terampilnya pemilik pengetahuan tersebut dalam
menggunakan pengetahuan itu. Lalu, kegiatan pendidikan yang terjadi kebanyakan
tetap dengan metode-metode lama yang menyiksa para siswa baik dalam segi psikis
bahkan dari segi fisik.
B.
Tujuan penulisan
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pedagogika, serta untuk menjadi
referensi dalam memilihan strategi penanganan kelas sehingga kegiatan
pembelajaran dalam tingkat satuan pendidikan sekolah dasar dapat berlangsung
dengan menyenangkan, karena dengan suasana hati yang gembira siswa akan lebih
mudah memahami pokok-pokok bahasan yang disampaikan oleh pendidik, dan supaya
pendidik lebih peduli dan meninjau kembali hubungan emosinya dengan para
siswanya, karena siswa juga memiliki perasaan yang bahkan lebih sensitif dari
perasaan seorang pendidik.
C.
Rumusan penulisan
Adapun
permasalahn yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Siapa
siswa dan pendidik itu?
2. Apa
karakteristik anak usia sekolah dasar?
3. Faktor
apa yang mempengaruhi perkembangan emosional siswa?
4. Adakah
pengaruh kedekatan emosi pendidik dengan siswa terhadap proses pembelajaran?
5. Bagaimana
pendidik membangun kedekatan emosi dengan siswa?
D.
Manfaat penulisan
Makalah
ini diharapkan dapat menjadi pengingat bagi para pendidik bahwa mendidik siswa
bukan semata-mata mentransfer ilmu pengetahuan namun mendidik merupakan suatu
proses kehidupan manusia sebagai makhluk sosial baik bagi pendidik maupun bagi
siswa, sehingga dalam proses kehidupan sosial itu dapat dimanfaatkan sebaik
mungkin bukan hanya sebagai tempat mencari ilmu-ilmu aplikatif untuk menunjang
karir atau pun untuk wadah mencari nafkah belaka. Bagi penyusun, makalah ini
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran kewajibann sebagai calon pendidik yang
suatu saat harus siap melaksanakan tugas untuk mencerdaskan bangsa.
BAB II
ISI
A. Siswa
dan Pendidik
Siswa merupakan
seorang anak didik dalam lingkungan sekolah yang tengah dalam masa perkembangan
dan menuju kekedewasaan. Pendidik merupakan orang dewasa yang bertugas membantu
dan membimbing siswa selama proses pembelajaran dalam rangka secara sadar
menjadikan siswa mencapai kekedewasaan
dan mampu melaksanakan tugas perannya dalam masyarakat saat siswa sudah dewasa.
B. Karakteristik
anak usia sekolah dasar
Siswa sekolah dasar
memiliki karakteristik yang perlu diketahui dan dipahami oleh pendidik agar
pendidik lebih mengenal siapa siswa dan supaya pendidik dapat mengambil langkah
yang tepat dalam menyikapi kelakuan siswa guna proses pembelajaran. Berikut
beberapa karakteristik yang perlu diketahui:
1.
Siswa adalah subjek
karena siswa juga manusia sehingga seorang pendidik tidak dapat memperlakukan
siswa dengan semena-mena. Siswa memiliki sifat unik, setiap siswa memiliki
cita-cita diri kelak dewasa akan menjadi seperti apa jadi pendidik tidak boleh
dengan begitu saja menyamaratakan perlakuannya pada semua siswa.
2.
Siswa sedang berkembang,
jadi pendidik tak dapat menyalahkan siswa yang agak lemah dalam memahami apa
yang hendak disampaikannya. Justru seorang siswa boleh marah jika pendidik
memaksakan siswa untuk memahami apa yang ingin disampaikannya, karena mungkin
saja itu tidak sesuai dengan tugas perkembangan siswa. Pendidik pun harus
membedakan perlakuan terhadap siswa berdasarkan tingkat perkembangannya karena
setiap siswa memiliki tingkat perkembangan yang berbeda-beda yang dipengaruhi
berbagai faktor.
3.
Siswa hidup dalam
dunia tertentu, yang bahkan siswa satu dengan yang lainnya akan berbeda
sehingga tidak dapat dibenarkan jika pendidik menganggap siswa ada dalam dunia
yang sama dengannya. Siswa memiliki dunia keanakannya sendiri, dan ini tidak
sama dengan anggapan bahwa siswa atau anak adalah miniatur pendidik atau orang
dewasa.
4.
Siswa hidup dalam
lingkungan tertentu dan berbeda-beda. Siswa dalam suatu kelas belajar datang
dari berbagai macam budaya, status sosial, kondisi keluarga, dll. yang
kesemuanya sangat berpengaruh besar dalam proses pendidikan karena tidak
mungkin pendidik mengambil kesimpulan untuk memberikan layanan pendidikan yang
sama terhadap semua siswa.
5.
Siswa memiliki
ketergantungan terhadap orang dewasa karena pada dasarnya siswa masih dalam
proses belajar dan belum memahami secara pasti baik itu bagaimana cara
melindungi diri sendiri maupun tentang nilai-nilai yang berlaku di masyarakat,
sehingga siswa masih harus dipandu dan dibimbing. Antara membimbing dan memberi
tahu ada perbedaan yang cukup mendsar. Memberitahu hanya sebatas menyampaikan
hingga siswa tahu, namun membimbing lebih jauh lagi, pendidik diharuskan untuk
menyampaikan lalu menuntun sampai siswa menjadi mengerti dan paham.
6.
Siswa memiliki potensi
dan dinamika yang akan berkembang sesuai dengan kehendak siswa, tugas pendidik
hanya menjadi pemberi bantuan atau pemberi fasilitas yang menunjang
perkembangannya (Syarifudin dan Kurniasih, 2009:65).
C. Mengenal
perkembangan emosional siswa
Perkembangan
emosional siswa berbeda antara satu sama lain karena adanya perbedaan:
1.
Jenis
kelamin, siswa laki-laki dengan siswa perempuan akan cenderung berbeda
perkembangan emosinya karena ada perbedaan hormon yang mempengaruhi serta ada
perbedaan tugas peran dalam kehidupannya.
2.
Usia,
secara umum usia siswa akan mempengaruhi kestabilan emosinya meskipun masih ada
faktor lain yang mempengaruhi, namun semakin bertambah usia siswa kondisi
emosinya akan cendrung lebih stabil atau mengalami perkembangan-perkembangan
untuk menyesuaikan dengan perannya dalam masyarakat yang berubah.
3.
Lingkungan
pergaulan, jelas sangat mempengaruhi karena dalam lingkungan pergaulan siswa
akan menemui permasalahan-permasalahan yang sebenarnya akan membantu
perkembangan emosinya menjadi lebih stabil, namun jika permasalahan tersebut
tidak ditangani dengan benar dan tidak mendapat bimbingan orang dewasa maka
akan menyebabkan gangguan emosi.
4.
Pembinaan
orang tua, pola asuh orang tua akan sangat mempengaruhi perkembangan emosi
siswa. Seorang siswa yang dibesarkan dalam keluarga yang penuh kasih sayang
akan berbeda keadaan emosinya dengan siswa dari keluarga yang kurang peduli
terhadap anaknya, acuh tak acuh misalnya, atau dari keluarga yang kasar
(Massofa, 2008).
D. Pengaruh
kedekatan emosi pendidik dengan siswa terhadap proses pembelajaran
Kemampuan dan karakteristik
serta sifat-sifat siswa begitu beragam karena siswa datang dari berbagai latar
belakang baik keluarga maupun lingkungan sosial yang pasti berbeda antara siswa
yang satu dengan siswa lainnya. Pendidik tidak mungkin dapat mengambil suatu
keputusan dalam tindakan dengan tepat tanpa memahami apa sebenarnya yang
dibutuhkan oleh siswa. Untuk dapat memahami kebutuhan siswa diperlukan
kedekatan antara pendidik dengan siswa baik kedekatan dalam proses pembelajaran
maupun kedekatan emosional, karena siswa akan lebih memahami suatu hal yang
disampaikan oleh orang yang dia kenal baik dibandingkan oleh seorang pendidik
yang hanya dia tahu nama dan materi yang tengah disampaikan, itu pun jika dia
mau mendengarkan dan memperhatikan. Pendidik perlu
meluangkan waktu khusus untuk memperhatikan siswa-siswanya
E. Beberapa
cara pendidik untuk membangun kedekatan emosi dengan siswa
Pendidik dapat membangun kedekatan
emosional dengan siswa melalui banyak cara, untuk referensi di sini akan
dijelaskan beberapa cara yang dapat dilakukan.
1.
DAFTAR PUSTAKA
Massofa. 2008. KarakteristikAnak Usia SD. [Online].
Syarifudin, Tatang dan Kurniasih. 2009. Pedagogik Teoritis Sistematis. Bandung:
Percikan Ilmu.
No comments:
Post a Comment