Setiap
terdengar kata pendidikan, terbersit asa perbaikan kehidupan, terlintas masa
depan yang terang benderang. Namun, secepat kilat sebersit pemikiran biaya pendidikan meruntuhkan semua
harapan. Tertangkap kesan, hanya mereka yang berduit yang mampu mengenyam
pendidikan. Terutama pendidikan formal di sekolah. Hal ini bahkan mampu membuat
orang takut untuk sekedar hanya bermimpi menyekolahkan anak-anaknya sebagai
generasi penerus bangsa.
Potret lain
pendidikan di Indonesia saat ini adalah kenyataan profesionalitas tenaga
pendidik. Begitu banyak tenaga pendidik yang mengabaikan tugas utamanya sebagai
pendidik yang begitu mulia, yaitu untuk mengarahkan terdidik
menjadi seorang manusia yang lebih berbudi luhur. Dengan pengabaian ini
telah mencetak orang-orang pintar dengan kualitas moral yang rendah sehingga
terjadi ketidak seimbangan dalam menjalani tugasnya dalam masyarakat. Kadang, demi
terisinya matapelajaran, sekarang ini dari pihak sekolah sering kali salah
kamar dalam menempatkan posisi guru sebagai pemegang mata pelajaran. Hal itu
menjadi sebab utama rapuhnya pendidikan bangsa ini, karena kurangnya
profesionalitas tenaga pengajar karena tidak ditempatkan dengan semestinya.
Sering terjadi kasus
di mana pendidik tidak mampu membaca psikologi peserta didik sehingga
membahayakan masa depan terdidik dengan penanganan yang kurang tepat oleh
pendidik. Pendidik beranggapan bahwa tugasnya hanya menyampaikan materi
pelajaran tanpa memedulikan kondisi psikologi peserta didik. Padahal pada
kenyataannya, materi belajar hanya bisa masuk dan dipahami oleh peserta didik
ketika kondisi psikologis peserta didik mendukung. Tak jarang terdidik merasa
tertekan dan merasa terancam ketika berada di dalam kelas karena pendidik yang
salah dalam mengambil sikap. Hal ini juga menyebabkan maraknya kasus kenakalan
remaja, karena kurang perhatian dari orang tua atau pendidik.
Kurangnya perhatian
pendidik terhadap terdidik juga sering disebabkan karena ketidak tulusan pendidik
dalam menjalani tugasnya dengan alasan klasik minimnya gaji guru sehingga menyebabkan mereka mencari penghasilan
tambahan dengan tambahan pekerjaan yang begitu menyita waktu. Padahal jika
dicermati, ada segelintir pendidik yang dengan tulus memberikan perhatian
khusus pada terdidiknya meskipun harus merangkap pekerjaan untuk mencukupi
kebutuhan keluarganya. Namun, pendidik yang memiliki kesadaran seperti itu
mampu dihitung jari di setiap lembaga pendidikan apalagi di perguruan tinggi
yang menuntut dosen untuk bekerja ekstra dalam penelitian-penelitian, penulisan
buku dan bahkan kuliah lanjutan seperti ke jenjang strata dua atau ke strata
tiga. Sehingga terkadang mengabaikan kewajibannya, dengan memanfaatkan
asistennya yang keberadaannya terkadang malah membuat mahasiswanya kelimpungan
dalam memahami materi yang disampaikan karena kemampuan komunikasi yang
dimiliki asisten dosen yang masih minim.
Bagaimana cara
terbaik untuk mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia demi tercapainya
kualitas sumber daya manusia yang tinggi,
yang sedang dididik sekarang ini. Ada cara-cara sebagai berikut :
1.
Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan perhatiannya
pada masalahpendidikan bangsa ini, karena tanpa bantuan pemerintah usaha
apa pun yang dilakukan untuk mengubah keadaan tidak akan mendapatkan hasil yang
baik.
2.
Perbanyak program beasiswa yang
berkualitas untuk mendapatkan guru yang berkualitas tinggi yang mampu membawa terdidik
pada perubahan menuju perbaikan.
3.
Pendapatan guru wajib ditingkatkan terutama mereka
yang telah rela mengajar murid sekolah di berbagai tempat terpencil. Walau pun
kebanyakan mereka melakukan dengan sukarela. Namun, penghargaan dan
perhatian sekecil apapun pada para guru akan menyentuh hati mereka untuk lebih
menyayangi anak didiknya, sehingga secara otomatis guru akan memberikan
perhatian lebih pada para murid.
Masa depan bangsa tergantung dari pencetakan generasi
penerus. Pendidikan yang tidak lagi mementingkan perbaikan kualitas peserta
didik bagaikan warga negara yang lupa pada perjuangan pahlawannya.
No comments:
Post a Comment