22/12/2010

Problematika Pendidikan di Indonesia



Setiap terdengar kata pendidikan, terbersit asa perbaikan kehidupan, terlintas masa depan yang terang benderang. Namun, secepat kilat sebersit pemikiran biaya pendidikan meruntuhkan semua harapan. Tertangkap kesan, hanya mereka yang berduit yang mampu mengenyam pendidikan. Terutama pendidikan formal di sekolah. Hal ini bahkan mampu membuat orang takut untuk sekedar hanya bermimpi menyekolahkan anak-anaknya sebagai generasi penerus bangsa.
Potret lain pendidikan di Indonesia saat ini adalah kenyataan profesionalitas tenaga pendidik. Begitu banyak tenaga pendidik yang mengabaikan tugas utamanya sebagai pendidik yang begitu mulia, yaitu untuk mengarahkan terdidik menjadi seorang manusia yang lebih  berbudi luhur. Dengan pengabaian ini telah mencetak orang-orang pintar dengan kualitas moral yang rendah sehingga terjadi ketidak seimbangan dalam menjalani tugasnya dalam masyarakat. Kadang, demi terisinya matapelajaran, sekarang ini dari pihak sekolah sering kali salah kamar dalam menempatkan posisi guru sebagai pemegang mata pelajaran. Hal itu menjadi sebab utama rapuhnya pendidikan bangsa ini, karena kurangnya profesionalitas tenaga pengajar karena tidak ditempatkan dengan semestinya.
Sering terjadi kasus di mana pendidik tidak mampu membaca psikologi peserta didik sehingga membahayakan masa depan terdidik dengan penanganan yang kurang tepat oleh pendidik. Pendidik beranggapan bahwa tugasnya hanya menyampaikan materi pelajaran tanpa memedulikan kondisi psikologi peserta didik. Padahal pada kenyataannya, materi belajar hanya bisa masuk dan dipahami oleh peserta didik ketika kondisi psikologis peserta didik mendukung. Tak jarang terdidik merasa tertekan dan merasa terancam ketika berada di dalam kelas karena pendidik yang salah dalam mengambil sikap. Hal ini juga menyebabkan maraknya kasus kenakalan remaja, karena kurang perhatian dari orang tua atau pendidik.
Kurangnya perhatian pendidik terhadap terdidik juga sering disebabkan karena ketidak tulusan pendidik dalam menjalani tugasnya dengan alasan klasik minimnya gaji guru sehingga menyebabkan mereka mencari penghasilan tambahan dengan tambahan pekerjaan yang begitu menyita waktu. Padahal jika dicermati, ada segelintir pendidik yang dengan tulus memberikan perhatian khusus pada terdidiknya meskipun harus merangkap pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Namun, pendidik yang memiliki kesadaran seperti itu mampu dihitung jari di setiap lembaga pendidikan apalagi di perguruan tinggi yang menuntut dosen untuk bekerja ekstra dalam penelitian-penelitian, penulisan buku dan bahkan kuliah lanjutan seperti ke jenjang strata dua atau ke strata tiga. Sehingga terkadang mengabaikan kewajibannya, dengan memanfaatkan asistennya yang keberadaannya terkadang malah membuat mahasiswanya kelimpungan dalam memahami materi yang disampaikan karena kemampuan komunikasi yang dimiliki asisten dosen yang masih minim.
Bagaimana cara terbaik untuk mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia demi tercapainya kualitas sumber daya manusia yang tinggi, yang sedang dididik sekarang ini. Ada cara-cara sebagai berikut :
1.    Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan perhatiannya pada masalahpendidikan bangsa ini, karena tanpa bantuan pemerintah usaha apa pun yang dilakukan untuk mengubah keadaan tidak akan mendapatkan hasil yang baik.
2.    Perbanyak program beasiswa yang berkualitas untuk mendapatkan guru yang berkualitas tinggi yang mampu membawa terdidik pada perubahan menuju perbaikan.
3.    Pendapatan guru wajib ditingkatkan terutama mereka yang telah rela mengajar murid sekolah di berbagai tempat terpencil. Walau pun kebanyakan mereka melakukan dengan sukarela. Namun, penghargaan dan perhatian sekecil apapun pada para guru akan menyentuh hati mereka untuk lebih menyayangi anak didiknya, sehingga secara otomatis guru akan memberikan perhatian lebih pada para murid.
Masa depan bangsa tergantung dari pencetakan generasi penerus. Pendidikan yang tidak lagi mementingkan perbaikan kualitas peserta didik bagaikan warga negara yang lupa pada perjuangan pahlawannya.

No comments:

Post a Comment