BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Ada banyak sekali kekeliruan dalam menafsirkan atau
mengartikan maksud dari suatu ayat dalam Al-Qur’an karena pemilihan kata dan
kalimat dalam Al-Qur’an yang begitu indah dan bahasa tuhan yang begitu luar
biasa serta cara pembacaan yang terpotong-potong sehingga salah atau kurang
tepat dalam penafsiran atau pengartiannya. Saya mencoba untuk menyusun sebuah
makalah di mana makalah saya akan sedikit menerangkan penafsiran tentang surat
Al Imran ayat 110 tentang keutamaan umat
islam dari umat yang lain.
Surah Ali 'Imran (Arab: عمرانآل , Āli-'Imrān,
"Keluarga 'Imran") adalah surah ke-3 dalam al-Qur'an.
Surah ini terdiri dari 200 ayat dan termasuk surah Madaniyah.
Dinamakan Ali
'Imran karena memuat kisah keluarga Imran yang di dalam kisah
itu disebutkan kelahiran Nabi Isa, persamaan kejadiannya dengan Nabi Adam, kenabian dan beberapa mukjizatnya, serta
disebut pula kelahiran Maryam binti Imran, ibu
Nabi Isa. Surah Al-Baqarah dan
Ali 'Imran ini dinamakan Az-Zahrawan (Dua Yang Cemerlang), karena kedua surah
ini menyingkapkan hal-hal yang menurut apa yang disampaikan Al-Qur'an disembunyikan
oleh para Ahli Kitab,
seperti kejadian dan kelahiran Nabi Isa, kedatangan Nabi Muhammad dan
sebagainya.
B.
Tujuan penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dibuatnya
makalah ini yaitu:
1.
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam.
2.
Diharapkan dapat menjadi referensi dalam
pemahaman terhadap surat Al Imran terutama ayat 110 tentang keutamaan umat
islam dari umat yang lain.
3.
Memahami apa yang menjadi penyebab ummat islam
menjadi ummat yang utama dari ummat yang lain.
4.
Dapat mengaplikasikan isi dari ayat bersangkutan
dalam kehidupan sehari-hari.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Surat Ali Imran : 110
Kelebihan umat islam dari umat yang
lain
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَلَوْءَامَنَ
أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ
وَأَكْثَرَهُمُ الْفَاسِقُونَ {110}
“Kamu adalah umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
أُخْرِجَتْ
ukhrizat
Dikeluarkan
|
اُمَّةٍ
ummatin
ummat
|
خَيْرَ
khaira
Sebaik-baik
|
كُنْتُمْ
kuntum
kamu adalah
|
وَتَنْهَوْنَ
watanhauna
dan kamu mencegah
|
بِالْمَعْرُوْفِ
bilma’ruufi
dengan /kepada kebaikan
|
تَأْمُرُونَ
ta’muruuna
kamu menyuruh
|
لِلنَّاسِ
linnaasi
bagi /untuk manusia
|
وَلَوْ اٰمَنَ
walau aamana
dan sekiranya beriman
|
بِاللهِ
billaahi
kepada Allah
|
وَتُؤْمِنُوْنَ
watu’minuuna
dan kamu beriman
|
عَنِ الْمُنكَرِ
anil munkari
dari yang mungkar
|
لَّهُمْ
lahum
bagi mereka
|
خَيْرًا
khairan
lebih baik
|
لَكَانَ
lakaana
tentulah itu
|
اَهْلُ الْكِتٰابِ
ahlul kitaabi
ahli kitab
|
الْفٰسِقُونَ
-lfaasiquuna
Orang-orang yang fasik
|
وَاَكْثَرَهُمُ
wa aktsaruhumu
dan kebanyakan mereka
|
الْمُؤْمِنُونَ
-lmu’minuuna
Orang-orang yang beriman
|
مِنْهُمُ
minhumu
di antara mereka
|
B.
Tafsir ayat
Ayat ini menegaskan bahwa kamu (umat islam) menjadi
sebaik-baik umat yang dikeluarkan antara manusia di dunia ini jika kamu
memenuhi tiga syarat: amar Ma’ruf, nahi Munkar dan iman kepada Allah. Ketiga
syarat inilah yang menjadi sebab kamu disebut yang sebaik-baik umat. Kalau
ketiganya tidak ada maka kamu tidak disebut sebaik-baik umat.
Ketiga dasar yang membawa mutu kebaikan isi pada hakekatnya adalah
satu. Pertama Amar Ma’ruf, kedua Nahi Munkar dan ketiga yakni beriman kepada
Allah adalah dasarnya yang sejati. Apabila telah meyakini atau menimani Allah
maka akan timbul kebebasan jiwa, kemudian kebebasan kemuan dan kebebasan dalam
menyatakan pikiran.
Ayat ini merupakan satu, dan tidak terpotong-potong sehingga
dalam memahami atau membacanya tidak boleh sepotong-potong.
1.
Kamu adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan
Tuhan untuk seluruh manusia.
2.
(Karena) kamu menyuruh yang Ma’ruf.
3.
Dan
kamu melarang perbuatan yang munkar.
4.
Serta kamu percaya kepada Allah.
Waw artinya Dan yang mempersambungkan antara keempat
bagian kalimat itu, menyebabkan hubungannya erat satu dengan yang lain. Apabila
ketiganya itu ada, pastilah mereka mencapai kedudukan yang tinggi di antara
pergaulan manusia.
Suatu masyarakat yang mencapai martabat
setinggi-tingginya dalam dunia ini, jika mempunyai kebebasan. Dan inti sari
kebebasan ada tiga hal:
1.
Kebebasan kemauan (iradat).
2.
Kebebasan menyatakan pikiran.
3.
Kebebasan jiwa dari keraguan.
Apabila seseorang mempunyai kebebasan iradat, kemauan, niscaya orang tersebut
berani menjadi penyeru dan pelaksana perbuatan yang Ma’ruf.
Dalam memahami ayat ini, hendaklah diambil mafhumnya
dari bawah:
1.
Beriman kepada Allah. Itulah awal permulaan
kebebasan jiwa.
2.
Berani melarang yang munkar. Itulah akibat
pertama beriman kepada Allah.
3.
Berani menyeru dan memimpin sesama manusia
kepada yang ma’ruf.
C.
Ayat dan Hadist pendukung
Allah membarithaukan mengenai umat nabi Muhammad, bahwa
mereka adalah sebaik-baik umat.
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah, mengenai ayat
ini (“kamu adalah ummat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia”), ia berkata: “Kalian adalah sebaik-baik manusia
untuk manusia lain. Kalian datang membawa mereka dengan belenggu yang melilit
di leher mereka sehingga mereka masuk islam.”
Demikian juga yang dikatakan Ibnu ‘Abbas, Mujahid al-‘Aufi,
‘Ikrimah, ‘Atha, dan Rabi’ bin Anas. Sehingga Allah kembali menurunkan kalimat
berikutnya (“menyuruh kepada yang Ma’ruf dan mencegah dari yang Munkar, serta
beriman kepada Allah.”)
Iman Ahmad meriwayatkan dari Durrah binti Abu Lahab, ia
berkata: “Ada seseorang berdiri menghadap Nabi, ketika itu beliau di mimbar,
lalu orang itu berkata: ‘Ya Rasulullah, siapakah manusia terbaik itu?’ Beliau
bersabda: ‘sebaik-baik manusia adalah yang paling hafal al-Qur’an, paling
bertakwa kepada Allah, paling giat menyeru berbuat yang ma’ruf dan paling
gencar mencegah kemungkaran dan paling rajin bersilaturahmi di antara mereka.’”
(HR. Ahmad)
An-Nasa’i dalam kitab Sunnan
dan al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak
meriwayatkan dari hadits Samak, dari bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbas, mengenai
firman Allah yang pertama tadi. Dia berkata: “mereka itu adalah orang-orang
yang berhijrah bersama Rasulullah dari Makkah menuju Madinah.”
Yang benar bahwa ayat ini bersifat umum mencakup seluruh umat
pada setiap generasi brdasarkan tingkatannya. Dan sebaik-baik generasi mereka
adalah para sahabat Rasulullah, kemudian yang setelah mereka, lalu generasi
berikutnya. Sebagaimana firman-Nya, dalam ayat yang lain وَكَذَلِكَ
جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ.
“dan demikian (pula) Kami telah menjadikan
kamu (umat islam), ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas
(perbuatan) manusia.”(Q.S. Al-Baqarah: 143)
D.
Kajian keilmuan
Allah Subhanahu Wata’ala telah
menjelaskan di dalam kitab suci Al-Qur’an tentang kedudukan dan peranan
orang-orang mu’min dalam kehidupan mereka di atas muka bumi ini:
كنتُمْ
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُو ن بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْ نَ عَنِ الْمُن كَرِ وَتُؤْمِنُو
نَ بِالّلهِ
“Kamu adalah
sebaik-baik ummat yang dilahirkan untuk (kemaslahatan) manusia, kamu MENYURUH
(mengajak) kepada yang ma’ruf (kebaikan) dan kamu MENCEGAH dari kemungkaran serta
kamu BERIMAN kepada Allah”. (Surah Ali-’Imran: Ayat 110).
Dalam
ayat di atas Allah menyatakan ketinggian dan kemuliaan orang-orang Mu’min
beserta sifat-sifat yang menyebabkan mereka layak mendapat gelar sebagai
“Khaira Ummah” (Ummat Yang Terbaik) yaitu:
1. Mereka
menyuruh (mengajak) manusia kepada perkara-perkara yang ma’ruf (kebaikan).
2. Mereka
mencegah (melarang) manusia dan melakukan kemungkaran, dan
3. Dalam
usaha-usaha tersebut mereka sentiasa menjaga dan memelihara diri mereka dengan
mentaati segala perintah-perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.
Secara
jelas ayat di atas memperlihatkan betapa usaha-usaha da’wah menyeru manusia
supaya menaati perintah Allah dan menjauhi laranganNya adalah usaha-usaha yang
sangat tinggi lagi mulia bahkan Allah memerintahkan agar orang-orang mu’min
bersatu dan menggemblengkan tenaga untuk melaksanakannya.
FirmanNya:
Bagaimana Kita Menyeru Kepada Islam
وَلْتَكُن مِّنكُمْ
أُمَّةُ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ {104}
“Dan hendaklah ada di antara kamu, satu
golongan yang mengajak (manusia) kepada kebaikan, menyuruh kepada yang
ma’ruf,melarang dari kejahatan dan merekalah orangorang yang beuntung” (Surah
Ali-’Imran : Ayat 104)
Tuntutan
dan suruhan ini sering kita temui di dalam Kitab Suci Al-Qur’an di mana Allah
Subhanahu Wa Ta’ala memperingatkan RasulNya dan orang-orang Mu’min supaya
melazimkan diri sebagai orang yang sentiasa menyeru dan mengajak manusia kepada
memahami dan menghayati ajaran Islam. Di antaranya Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا
الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآأُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا
بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِي
الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ {67}
“Wahai Rasul,
sampaikanlah apa-apa yang telah diturunkan kepadamu oleh Tuhanmu kerana kalau
engkau tidak lakukan (demikian) tidaklah (dikatakan bahawa) engkau telah menyampaikan
risalahNya dan Allah akan melindungi mu dari (kejahatan) manusia.” (Surah
Al-Ma’idah : Ayat 67)
Allah
Subhanahu Wata’ala mendahulukan tugas dan tanggungjawab da’wah ini ke atas
RasulNya, agar kaedah-kaedah da’wah ini diperlihatkan kepada orang-orang
Mu’min. Kemudian barulah Allah memperingatkan pula orang-orang Mu’min supaya
apabila diseru oleh Allah dan RasulNya untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban
agama, maka mereka hendaklah segera menyambutnya kerana seruan Allah dan Rasul
itu adalah seruan yang menghidupkan hati dan jiwa mereka.
Allah menyeru:
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا للهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا
يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ
وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ {24}
“Wahai orang-orang yang beriman, sambutlah
seruan Allah dan seruan Rasul, apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang
menghidupkan kamu dan ketahuilah bahawa sesungguhnya Allah mendinding antara
manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepadaNyalah kamu akan dikumpulkan.” (Surah
Al-Anfal Ayat 24)
Bagaimana Kita
Menyeru Kepada Islam
FirmanNya lagi:
لَّقَدْ كَانَ
لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ
وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا {21}
“Sesungguhnya adalah pada diri Rasulullah itu
sebaik-baik suri tauladan bagi kamu (untuk diikuti), yakni bagi orang yang
mengharapkan (keredhaan) Allah dan (kemuliaan hidup) di Akhirat dan orang yang
banyak mengingati Allah” (Surah Al-Ahzab Ayat 21)
Demikian
keterangan-keterangan yang jelas dari Al-Qur’an tentang kewajiban da’wah yang
diperintahkan oleh Allah ke atas RasulNya dan orangorang Mu’min. Sekali pun
menghadapi suasana peperangan kita tetap dituntut membuat persiapan-persiapan
yang rapi agar usaha-usaha da’wah kita itu akan disusuli dengan kejayaan.
FirmanNya:
وَمَاكَانَ
الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَآفَةً فَلَوْلاَ نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِنهُمْ
طَآئِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا
إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ {122}
“Tidak sepatutnya bagi orang-orang Mu’min itu
pergi semuanya (ke medan peperangan). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan
dari mereka beberapa orang untuk memperdalamkan ilmu pengetahuan dalam agama
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga diri” (Surah Al-Taubah : Ayat 122)
Dengan
mengambil pedoman-pedoman Rabbani, kita mengharapkan saff Harakah Islamiyyah
dan da’wah akan dapat berjalan dengan cara yang penuh hikmah dalam
usaha-usahanya menyeru manusia untuk kembali kepada Islam. Semoga kita termasuk
di dalam golongan yang mematuhi perintah Allah. ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ
وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ “Serulah manusia ke jalan TuhanMu dengan hikmah
dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik” (Surah
Al-Nahl: Ayat 125). Oleh kerana da’wah merupakan satu lapangan yang sangat
penting dalam kehidupan ummat Islam, ia memerlukan kepahaman dan persediaan-persediaan
yang berencana serta berperingkat-peringkat.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan mengenai surat Ali Imran ayat 110 di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa setiap manusia mempunyai tanggung jawab dalam hidupnya
untuk saling menyerukan dalam kebenaran dan saling mengingatkan atau
memperingatkan dalam keburukan dan dilandasi dengan keimanan kepada Allah
karena pada hakekatnya manusia telah diciptakan Allah dengan begitu sempurna
dan kepada umat islam diberi keutamaan dari pada umat yang lain jika seseorang
itu mampu mengamalkan untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan saling
menegur jika ada keburukan. Namun, jika umat islam tidak melaksanakan itu maka
dia tidak termasuk dalam sebaik-baik umat karena yang termasuk sebaik-baik umat
adalah seseorang yang mampu mengamalkan Amar Ma’ruf, Nahi Munkar dan beriman
kepada Allah.
subernya min?
ReplyDelete