23/11/2010

LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi peradaban manusia dan merupakan hal yang dapat menentukan maju atau tidaknya kehidupan manusia, unsur yang sangat penting dalam sebuah pendidikan adalah adanya seorang pendidik karena pendidik merupakan penentu baik atau tidaknya terdidik. Terdidik merupakan orang yang menentukan masa depan maka dari itu seorang pendidik khususnya guru harus mempunyai kemampuan untuk memahami psikologi setiap terdidik yang dididiknya hal ini tentu saja akan menunjang pembelajaran agar tujuan dari pendidikan itu tercapai.
B.     RUMUSAN MASALAH
a.       Apa pengertian psikologi pendidikan?
b.      Apa saja yang harus dipahami dalam psikologi pendidikan?
c.       Bagaimana cara memahami perkembangan seorang terdidik?
C.     MANFAAT PENULISAN
Manfaat penulisan makalah ini yaitu untuk memecahkan masalah-masalah dalam pendidikan khususnya masalah psikologi terdidik sehingga tujuan-tujuan pendidikan akan mudah tercapai.
D.    TUJUAN PENULISAN
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk dapat dijadikan referensi guru dalam melaksanakan pendidikan.
  
 BAB II
ISI
A.    Pengertian
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang menyangkut interaksi kejiwaan antara pendidik dan peserta didik dalam suasana nilai-nilai budaya suatu masyarakat (lingkungan pendidikan) yang didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan. Berdasarkan pengertian tersebut, Landasan Psikologis Pendidikan adalah kajian tentang aspek-aspek psikologis yang dapat menjadi dasar pemahaman bagi calon pendidik untuk mengenali, menghayati dan mengaplikasikan konsep-konsep perkembangan psikologis dari peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Salah satu aspek tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam praktek pendidikan di sekolah guru sering berhadapan dengan individu atau sekelompok siswa di kelas yang kondisi maupun potensinya berbeda. Perbedaan yang paling mudah dilihat dari aspek psikologisnya adalah kemampuan intelektual, afektifnya dan psikomotoriknya. Kemampuan intelektual sebagai modal dasar insani yang paling tinggi sehingga manusia dibedakan dengan makhluk lain karena akalnya yang luar biasa. Guru dan pendidik bukan hanya memperhatikan aspek intelektualnya saja walaupun aspek intelektual sangat penting dalam kehidupan manusia tetapi kebutuhan-kebutuhan manusia dalam hidupnya sangat kompleks yang oleh A. H. Maslow dalam buku individual and society mengkategorikan menjadi lima tingkatan kebutuhan sebagaiberikut:
1.      Kebutuhan fisik, contohnya: lapar dan haus.
2.      Kebutuhan keamanan, contonya keamanan dan aturan.
3.      Kebutuhan memiliki dan rasa cinta cinta, contohnya: kasih sayang.
4.      Kebutuhan penghargaan, contonya prestasi, keberhasilan dan harga diri.
5.      Kebutuhan aktualisasi diri, contohnya kebutuhan untuk penyempurnaan diri.

B.     Situasi Pergaulan Pendidikan
Proses pendidikan berlangsung antara pendidik dan anak didik dalam bentuk pergaulan, baik secara individual maupun secara kolektif. Jadi, pergaulan pendidikan adalah hubungan antara dua pihak yang mempunyai maksud yang disengaja untuk mempengaruhi anak didik, sehingga anak didik tersebut berkembang menuju ke kedewasaan. Namun, proses pendidikan tidak bisa langsung menghasilkan kondisi kedewasaan, karena proses kedewasaan itu adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus tanpa terputus-putus.
Anak didik dapat dipengaruhi karena setiap manusia adalah makhluk sosial, yang berarti bahwa manusia memiliki kecenderungan mencari kontak sosial dan segala aktivitas yang melibatkannya dengan lingkungan dan orang lain. Suasana lingkungan banyak dipengaruhi oleh sikap-sikap orang yang ada dalam lingkungan tersebut. Setiap anak memiliki potensi untuk berkembang, dan oleh karena itu, pendidik mempunyai tugas untuk memahami potensi yang dimiliki oleh setiap individu anak untuk mengarahkan perkembangannya sesuai dengan cita-cita dan tujuan hidupnya.
Pemahaman terhadap potensi anak didik, merupakan konsekuensi logis bahwa pendidik harus memahami secara teoritis dan filosofis terhadap tugas-tugas perkembangan anak dan aspek-aspek psikologis lainnya dalam rangka tugas mendidik.

C.     Dimensi Proses Belajar
Pendidikan pada dasarnya mempunyai dimensi tujuan untuk memperbaiki perilaku. Intinya bukan pada memperbaiki perilaku keterampilan semata melainkan kita mendidik anak agar anak memiliki integritas kepribadian, serta mampu berbuat secara bertanggung jawab.
1.      Dimensi-dimensi proses pendidikan dari segi prilaku:
a.       Dimensi fisik, lebih menekankan pada peningkatan kemampuan motorik peserta didik dan pemahaman pada tugas-tugas perkembangan fisik seseorang.
b.      Dimensi psikologis, aspek kognitif.
c.       Dimensi spiritual, upaya pendidikan ketuhanan.
2.      Dimensi-dimensi proses pendidikan berdasarkan tujuan pendidikan:
a.       Dimensi individualitas, menghasilkan kedewasaan seseorang dari aspek kemampuan memilih nilai sebagai acuan normatif kehidupannya sehinga ada kemandirian.
b.      Dimensi sosialitas, menghasilkan kedewasaan seseorang dalam aspek kemampuannya dalam mengimplementasikan nilai-nilai sosial yang dijadikan rujukan kehidupan bersama dan kemampuan membangun suasana dan kondisi kemasyarakatan yang harmonis.
c.       Dimensi moralitas, tercapainya kedewasaan seseorang dalam meyakini dan mengejawantahkan norma-norma perilaku menjadi tatanan kehidupannya.
d.      Dimensi religuisitas, tercapainya kedewasaan seseorang dalam meyakini dan mengamalkan nilai-nilai keyakinan agamanya.

D.    Tugas-Tugas Pokok Perkembangan
Menurut Robert Havighurst, tugas perkembangan ialah tugas yang terdapat pada suatu tahap kehidupan seseorang, yang akan membawa individu kepada kebahagiaan dan keberhasilan dalam tugas-tugas pengembangan berikutnya, yaitu apabila tahap kehidupan tersebut dijalani dengan berhasil. Sedangkan kegagalan dalam melaksanakan tugas pengembangan, akan mengakibatkan kehidupan tidak bahagia pada individu, dan kesukaran-kesukaran lain dalam hidupnya kelak.
Tugas-tugas pokok perkembangan dapat dibagi berdasarkan aspek perkembangannya. Berikut tugas-tugas perkembangan berdasarkan aspek perkembangan dilihat dari tingkat perkembangannya:
1.      Tingkat perkembangan bayi
a. Motorik : belajar berjalan; berbicara
b. Mental : pembentukan konsep-konsep sederhana tentang realitas lingkungan sosial maupun fisik
c. Sosial : belajar untuk berhubungan dengan orang lain
2.      Tingkat perkembangan anak-anak
1.      Motorik : Mengembangkan dan mempersiapkan keterampilan fisik
2.      Mental : Perkembangan keterampilan mendasar dalam membaca, menulis dan berhitung
3.      Sosial : Mulai adanya kerjasama dengan kelompok sebaya
3.      Tingkat perkembangan adolesensi
1.      Motorik : Pertumbuhan menjadi cepat dan perubahan fisik pada masa pubertas
2.      Mental : Perkembangan keterampilan dalam persiapan karier
3.      Sosial : Secara emosional anak lebih bebas dari orang tuanya karena adanya hubungan baru dengan kelompo sebayanya

4.      Tingkat pertumbuhan dewasa awal
a.       Mental : memulai mengenali jabatan dan peranan dalam masyarakat
b.      Sosial : mulai membentuk gaya hidup orang dewasa, dapat menentukan lawan jenis dalam kelompok sosialnya

E.     Pemahaman terhadap Perkembangan Pribadi Anak
Pemahaman dunia anak bukan sebagai makhluk biologis, malainkan sebagai makhluk psikis dan spiritual.
Secara umum perkembangan kehidupan anak dapat dibagi ke dalam periodisasi sebagai berikut:
1.      Anak bayi (0-1 tahun)
Pada periode ini anak menggunakan kemampuan lahiriah (insting) seperti sosial, sebagai alat untuk memungkinkan anak berkomunikasi dengan lingkungannya; meniru, yaitu anak suka meniru perbuatan orang-orang terdekatnya sebagai proses belajar; refleks, yaitu suatu reaksi otomatis dari bagian-bagian badan tertentu bila terkena rangsangan; kemampuan belajar, meningkatkan keterampilan yang menyangkut gerak-gerik badan serta anggota badan lainya seperti tangan dan kaki; dan potensi perluasan dunia, yaitu penjelajahan ruang; serta perkembangan bahasa.
2.      Kanak-kanak (1-5 tahun)
Usia pra sekolah sebagai periode peralihan dari bayi ke usia anak sekolah. Periode ini mempunyai tiga ciri khas yang tidak terdapat pada periode lain, yaitu perkembangan emosi kegembiraan hidup, kebebasan dan fantasi. Selain itu, pada periode ini berkembang pula daya penginderaan dan perkembangan bahasa.
3.      Anak sekolah (6-12 tahun)
Periode ini oleh Kohnstamm disebut periode “intelektual” karena sebagian besar waktu dipergunakan untuk pengembangan kemampuan intelektualnya. Anak pada umur ini mudah melaksanakan tugas yang diberikan dan apabila mereka berada pada lingkungan yang baik, akan mudah belajar berbagai kebiasaan. Namun, apabila pada usia ini terjadi kesalahan pendidikan akan timbul berbagai masalah perilaku.
4.      Remaja atau adolensensi (12-18 tahun)
Kohnstamm menyebut periode ini sebagai periode sosial karena dalam masa ini anak mempunyai minat pada hal-hal kemasyarakatan. Pada masa ini, remaja sangat menonjol perkembangan hormon sexnya sehingga mulai tertarik pada lawan jenis. Bersamaan dengan itu, anak juga mengalami pertumbuhan jasmani yang cepat. Dalam perkembangan moralnya, anak mulai mengenali nilai-nilai rohani.

F.      Teori Belajar dalam Pendidikan
Ada berbagai klasifikasi teori belajar yang didasarkan pada pendekatan filosofis dan aliran-aliran psikologi.
1.      Berdasarkan pendekatan filosofis dibedakan menjadi tiga aliran:
a.       Teori psikologi kognitif yang dipengaruhi oleh Kurt Lewin. John Dewey, dan Kohler, mempunyai pandangan bahwa proses belajar pada manusia melibatkan proses pengenalan yang bersifat kognitif.
Jean Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognisi dari usia anak hingga remaja menjadi empat tahap:
1.      Tahap sensori-motorik (0,0­-2,0)
2.      Tahap operasi awal (2,0-6,0)
3.      Tahap operasi konkrit(7,0-11,0)
4.      Tahap operasi formal (12,0-ke atas)
Peranan guru dalam proses belajar mengajar yang didasarkan pada teori Piaget, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.       Merancang program, menata lingkungan yang kondusif dll.
b.      Mendiagnosa tahap perkembangan murid, menyajikan permasalahan kepada murid yang sejajar dengan tingkat perkembangannya.
c.       Mendorong perkembangan murid ke arah perkembangan berikutnya dengan cara memberikan latihan, bertanya dan mendorong murid untuk melakukan eksplorasi.
Redja Mudyaharjo mengemukakan, bahwa implikasi teori belajar kognitif terhadap pendidikan adalah sebagai berikut:
a.       Individualisasi
b.      Motivasi
c.       Metodologi
d.      Tujuan kurikuler
e.       Bentuk pengelolaan kelas
f.       Efektivitas pengajaran
g.      Partisipasi siswa
h.      Kegiatan belajar siswa
i.        Tujuan umum pendidikan
b.      Teori psikologi humanistik, menurut aliran humanisme bahwa perilaku manusia itu ditentukan oleh dirinya sendiri, oleh faktor internal, dan bukan oleh kondisi lingkungan ataupun pengetahuaannya.
Carl R. Rogers mengemukakan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
a.       Manusia mempunyai dorongan untuk belajar.
b.      Belajar akan bermakna jika yang dipelajari relevan dengan kebutuhan anak.
c.       Belajar diperkuat dengan mengurangi ancaman eksternal.
d.      Belajar dengan inidiatif sendiri akan melibatkan keseluruhan pribadi, baik intelektual maupun perasaan.
e.       Sikap berdiri sendiri, kreativitas dan percaya diri diperkuat dengan penilaian diri sendiri.
Pandangan kaum humanis tentang proses belajar mengimplikasikan perlunya penataan prioritas kegiatan pendidikan dan peranan guru. Tujuan pendidikan menurut kaum humanis adalah realisasi diri, yakni suatu kondisi dimana individu mencapai kesadaran akan dirinya sendiri, lingkungan san sistem nilai.
c.       Teori psikologi behavioristik memandang bahwa perilaku manusia adalah hasil pembentukan melalui kondisi lingkungan. Perilaku adalah hal-hal yang berubah dan dapat diamati. Perilaku individu dipahami dalam hubungannya dengan peristiwa yang mendahuluinya.
Menurut teori behavioristik, ada tiga hal yang mempengaruhi proses belajar seseorang, yaitu: stimulus, respon, dan akibat.
Tujuan pendidikan menurut aliran behavioristik  adalah berorientasi pada pengembangan kompetensi, penguasaan secara tuntas terhadap apa-apa yang dipelajari.
2.      Berdasarkan pendekatan psikologis dapat diklasifikasikan menjadi:
1.      Teori belajar disiplin mental, memandang belajar sebagai proses mendisiplinkan tau melatih fungsi-fungsi jiwa.
2.      Teori ikatan stimulus dan respon, menyatakan bahwa belajar sebagai ikatan antara rangasanga yang datang dari luar dan secara otomatis rekasi.
3.      Teori kognitif, proses memahami.
4.      Teori prestasi belajar, memandang bahwa proses belajar mempunyai hubungan dengan proses mengajar, yang menitikberatkan pada faktor-faktor yang berperan dalam usaha belajar supaya berhasil optimal.
5.      Teori belajar inovatif, memandang bahwa proses belajar pada anak dan orang dewasa tertuju pada kemampuan untuk mengantisipasi peristiwa masa depan dalam menyelesaikan diri pada tuntutan kehidupan masa depan yang mungkin belum pernah ada polanya sampai sekarang.
G.    Upaya Pendidikan
Upaya pendidikan adalah suatu cara usaha pendidikan untuk membimbing anak mencapai kedewasaannya. Cara usaha ini dapat berupa pendidikan atau situasi yang sengaja diadakan untuk mendidik anak. Upaya pendidikan berbeda artinya dengan faktor pendidikan, pada faktor pendidikan adalah suatu pengaruh yang tidak dengan sengaja diadakan oleh pendidik tetapi walaupun demikian dapat mempunyai pengaruh terhadap anak yang sama dengan upaya yang dengan sengaja diadakan oleh pendidik. Setiap upaya pendidikan yang dilaksanakan berhubungan dengan empat hal, yaitu:
1.      Untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
2.      Dihubungkan dengan siapa yang mempergunakan upaya itu.
3.      Dihubungkan dengan cara atau bentuk upaya yang dipergunakan.
4.      Bagaimana efeknya terhadap anak.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang menyangkut interaksi kejiwaan antara pendidik dan peserta didik dalam suasana nilai-nilai budaya suatu masyarakat (lingkungan pendidikan) yang didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan hendaknya dilakukan dengan penuh kewibawaan agar tujuan pendidikan itu sendiri tercapai dengan mudah. Psikologi pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam proses pendidikan karena seorang pendidik dituntut harus bisa memahami keadaan psikologis peserta didik. Fungsi dari psikologi pendidikan itu sendiri merupakan pemecahan masalah masalah psikologi peserta didik yang sangat kompleks. Selain itu, kita dapat memilih teori psikologi mana yang tepat untuk dipakai dalam pembelajaran sehingga hasil belajar akan mencapai tujuan secara efisien dan efektif.

DAFTAR PUSTAKA
Rasyidin, Waini. (2010). Landasan Pendidikan, Sub koordinat MKDP Landasan Pendidikan FIP UPI. Bandung.

disusun oleh: Darin, Helmi, Mina, dan Melli.

No comments:

Post a Comment