BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Pendidikan
merupakan hal yang sangat penting bagi peradaban manusia dan merupakan hal yang
dapat menentukan maju atau tidaknya kehidupan manusia, unsur yang sangat
penting dalam sebuah pendidikan adalah adanya seorang pendidik karena pendidik
merupakan penentu baik atau tidaknya terdidik. Terdidik merupakan orang yang
menentukan masa depan maka dari itu seorang pendidik khususnya guru harus
mempunyai kemampuan untuk memahami psikologi setiap terdidik yang dididiknya
hal ini tentu saja akan menunjang pembelajaran agar tujuan dari pendidikan itu
tercapai.
B.
RUMUSAN
MASALAH
a.
Apa
pengertian psikologi pendidikan?
b.
Apa
saja yang harus dipahami dalam psikologi pendidikan?
c.
Bagaimana
cara memahami perkembangan seorang terdidik?
C.
MANFAAT
PENULISAN
Manfaat
penulisan makalah ini yaitu untuk memecahkan masalah-masalah dalam pendidikan
khususnya masalah psikologi terdidik sehingga tujuan-tujuan pendidikan akan
mudah tercapai.
D.
TUJUAN
PENULISAN
Makalah
ini disusun dengan tujuan untuk dapat dijadikan referensi guru dalam
melaksanakan pendidikan.
ISI
A.
Pengertian
Pendidikan adalah suatu kegiatan
yang menyangkut interaksi kejiwaan antara pendidik dan peserta didik dalam
suasana nilai-nilai budaya suatu masyarakat (lingkungan pendidikan) yang
didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan. Berdasarkan pengertian tersebut,
Landasan Psikologis Pendidikan adalah kajian tentang aspek-aspek psikologis
yang dapat menjadi dasar pemahaman bagi calon pendidik untuk mengenali,
menghayati dan mengaplikasikan konsep-konsep perkembangan psikologis dari
peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Salah satu aspek tujuan
pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam praktek pendidikan di
sekolah guru sering berhadapan dengan individu atau sekelompok siswa di kelas
yang kondisi maupun potensinya berbeda. Perbedaan yang paling mudah dilihat
dari aspek psikologisnya adalah kemampuan intelektual, afektifnya dan
psikomotoriknya. Kemampuan intelektual sebagai modal dasar insani yang paling
tinggi sehingga manusia dibedakan dengan makhluk lain karena akalnya yang luar
biasa. Guru dan pendidik bukan hanya memperhatikan aspek intelektualnya saja
walaupun aspek intelektual sangat penting dalam kehidupan manusia tetapi
kebutuhan-kebutuhan manusia dalam hidupnya sangat kompleks yang oleh A. H.
Maslow dalam buku individual and society mengkategorikan menjadi lima tingkatan
kebutuhan sebagaiberikut:
1.
Kebutuhan
fisik, contohnya: lapar dan haus.
2.
Kebutuhan
keamanan, contonya keamanan dan aturan.
3.
Kebutuhan
memiliki dan rasa cinta cinta, contohnya: kasih sayang.
4.
Kebutuhan
penghargaan, contonya prestasi, keberhasilan dan harga diri.
5.
Kebutuhan
aktualisasi diri, contohnya kebutuhan untuk penyempurnaan diri.
B.
Situasi
Pergaulan Pendidikan
Proses pendidikan berlangsung
antara pendidik dan anak didik dalam bentuk pergaulan, baik secara individual
maupun secara kolektif. Jadi, pergaulan pendidikan adalah hubungan antara dua pihak
yang mempunyai maksud yang disengaja untuk mempengaruhi anak didik, sehingga
anak didik tersebut berkembang menuju ke kedewasaan. Namun, proses pendidikan
tidak bisa langsung menghasilkan kondisi kedewasaan, karena proses kedewasaan
itu adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus tanpa terputus-putus.
Anak didik dapat dipengaruhi
karena setiap manusia adalah makhluk sosial, yang berarti bahwa manusia
memiliki kecenderungan mencari kontak sosial dan segala aktivitas yang
melibatkannya dengan lingkungan dan orang lain. Suasana lingkungan banyak
dipengaruhi oleh sikap-sikap orang yang ada dalam lingkungan tersebut. Setiap
anak memiliki potensi untuk berkembang, dan oleh karena itu, pendidik mempunyai
tugas untuk memahami potensi yang dimiliki oleh setiap individu anak untuk
mengarahkan perkembangannya sesuai dengan cita-cita dan tujuan hidupnya.
Pemahaman terhadap potensi anak
didik, merupakan konsekuensi logis bahwa pendidik harus memahami secara
teoritis dan filosofis terhadap tugas-tugas perkembangan anak dan aspek-aspek
psikologis lainnya dalam rangka tugas mendidik.
C.
Dimensi
Proses Belajar
Pendidikan pada dasarnya
mempunyai dimensi tujuan untuk memperbaiki perilaku. Intinya bukan pada
memperbaiki perilaku keterampilan semata melainkan kita mendidik anak agar anak
memiliki integritas kepribadian, serta mampu berbuat secara bertanggung jawab.
1.
Dimensi-dimensi
proses pendidikan dari segi prilaku:
a.
Dimensi
fisik, lebih menekankan pada peningkatan kemampuan motorik peserta didik dan
pemahaman pada tugas-tugas perkembangan fisik seseorang.
b.
Dimensi
psikologis, aspek kognitif.
c.
Dimensi
spiritual, upaya pendidikan ketuhanan.
2.
Dimensi-dimensi
proses pendidikan berdasarkan tujuan pendidikan:
a.
Dimensi
individualitas, menghasilkan kedewasaan seseorang dari aspek kemampuan memilih
nilai sebagai acuan normatif kehidupannya sehinga ada kemandirian.
b.
Dimensi
sosialitas, menghasilkan kedewasaan seseorang dalam aspek kemampuannya dalam
mengimplementasikan nilai-nilai sosial yang dijadikan rujukan kehidupan bersama
dan kemampuan membangun suasana dan kondisi kemasyarakatan yang harmonis.
c.
Dimensi
moralitas, tercapainya kedewasaan seseorang dalam meyakini dan mengejawantahkan
norma-norma perilaku menjadi tatanan kehidupannya.
d.
Dimensi
religuisitas, tercapainya kedewasaan seseorang dalam meyakini dan mengamalkan
nilai-nilai keyakinan agamanya.
D.
Tugas-Tugas
Pokok Perkembangan
Menurut Robert Havighurst, tugas
perkembangan ialah tugas yang terdapat pada suatu tahap kehidupan seseorang,
yang akan membawa individu kepada kebahagiaan dan keberhasilan dalam
tugas-tugas pengembangan berikutnya, yaitu apabila tahap kehidupan tersebut
dijalani dengan berhasil. Sedangkan kegagalan dalam melaksanakan tugas
pengembangan, akan mengakibatkan kehidupan tidak bahagia pada individu, dan
kesukaran-kesukaran lain dalam hidupnya kelak.
Tugas-tugas pokok perkembangan
dapat dibagi berdasarkan aspek perkembangannya. Berikut tugas-tugas
perkembangan berdasarkan aspek perkembangan dilihat dari tingkat
perkembangannya:
1.
Tingkat
perkembangan bayi
a. Motorik : belajar berjalan; berbicara
b. Mental : pembentukan konsep-konsep sederhana tentang
realitas lingkungan sosial maupun fisik
c. Sosial : belajar untuk berhubungan dengan orang lain
2.
Tingkat
perkembangan anak-anak
1.
Motorik
: Mengembangkan dan mempersiapkan keterampilan fisik
2.
Mental
: Perkembangan keterampilan mendasar dalam membaca, menulis dan berhitung
3.
Sosial
: Mulai adanya kerjasama dengan kelompok sebaya
3.
Tingkat
perkembangan adolesensi
1.
Motorik
: Pertumbuhan menjadi cepat dan perubahan fisik pada masa pubertas
2.
Mental
: Perkembangan keterampilan dalam persiapan karier
3.
Sosial
: Secara emosional anak lebih bebas dari orang tuanya karena adanya hubungan
baru dengan kelompo sebayanya
4.
Tingkat
pertumbuhan dewasa awal
a.
Mental
: memulai mengenali jabatan dan peranan dalam masyarakat
b.
Sosial
: mulai membentuk gaya hidup orang dewasa, dapat menentukan lawan jenis dalam
kelompok sosialnya
E.
Pemahaman
terhadap Perkembangan Pribadi Anak
Pemahaman dunia anak bukan
sebagai makhluk biologis, malainkan sebagai makhluk psikis dan spiritual.
Secara umum perkembangan
kehidupan anak dapat dibagi ke dalam periodisasi sebagai berikut:
1.
Anak
bayi (0-1 tahun)
Pada periode ini anak
menggunakan kemampuan lahiriah (insting) seperti sosial, sebagai alat untuk
memungkinkan anak berkomunikasi dengan lingkungannya; meniru, yaitu anak suka
meniru perbuatan orang-orang terdekatnya sebagai proses belajar; refleks, yaitu
suatu reaksi otomatis dari bagian-bagian badan tertentu bila terkena rangsangan;
kemampuan belajar, meningkatkan keterampilan yang menyangkut gerak-gerik badan
serta anggota badan lainya seperti tangan dan kaki; dan potensi perluasan dunia,
yaitu penjelajahan ruang; serta perkembangan bahasa.
2.
Kanak-kanak
(1-5 tahun)
Usia pra sekolah sebagai periode
peralihan dari bayi ke usia anak sekolah. Periode ini mempunyai tiga ciri khas
yang tidak terdapat pada periode lain, yaitu perkembangan emosi kegembiraan
hidup, kebebasan dan fantasi. Selain itu, pada periode ini berkembang pula daya
penginderaan dan perkembangan bahasa.
3.
Anak
sekolah (6-12 tahun)
Periode ini oleh Kohnstamm
disebut periode “intelektual” karena sebagian besar waktu dipergunakan untuk
pengembangan kemampuan intelektualnya. Anak pada umur ini mudah melaksanakan
tugas yang diberikan dan apabila mereka berada pada lingkungan yang baik, akan
mudah belajar berbagai kebiasaan. Namun, apabila pada usia ini terjadi
kesalahan pendidikan akan timbul berbagai masalah perilaku.
4.
Remaja
atau adolensensi (12-18 tahun)
Kohnstamm menyebut periode ini
sebagai periode sosial karena dalam masa ini anak mempunyai minat pada hal-hal
kemasyarakatan. Pada masa ini, remaja sangat menonjol perkembangan hormon
sexnya sehingga mulai tertarik pada lawan jenis. Bersamaan dengan itu, anak
juga mengalami pertumbuhan jasmani yang cepat. Dalam perkembangan moralnya,
anak mulai mengenali nilai-nilai rohani.
F.
Teori
Belajar dalam Pendidikan
Ada berbagai klasifikasi teori
belajar yang didasarkan pada pendekatan filosofis dan aliran-aliran psikologi.
1.
Berdasarkan
pendekatan filosofis dibedakan menjadi tiga aliran:
a.
Teori
psikologi kognitif yang dipengaruhi oleh Kurt Lewin. John Dewey, dan Kohler,
mempunyai pandangan bahwa proses belajar pada manusia melibatkan proses
pengenalan yang bersifat kognitif.
Jean Piaget membagi tahap-tahap
perkembangan kognisi dari usia anak hingga remaja menjadi empat tahap:
1.
Tahap
sensori-motorik (0,0-2,0)
2.
Tahap
operasi awal (2,0-6,0)
3.
Tahap
operasi konkrit(7,0-11,0)
4.
Tahap
operasi formal (12,0-ke atas)
Peranan guru dalam proses belajar mengajar yang didasarkan
pada teori Piaget, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Merancang
program, menata lingkungan yang kondusif dll.
b.
Mendiagnosa
tahap perkembangan murid, menyajikan permasalahan kepada murid yang sejajar
dengan tingkat perkembangannya.
c.
Mendorong
perkembangan murid ke arah perkembangan berikutnya dengan cara memberikan
latihan, bertanya dan mendorong murid untuk melakukan eksplorasi.
Redja Mudyaharjo mengemukakan,
bahwa implikasi teori belajar kognitif terhadap pendidikan adalah sebagai berikut:
a.
Individualisasi
b.
Motivasi
c.
Metodologi
d.
Tujuan
kurikuler
e.
Bentuk
pengelolaan kelas
f.
Efektivitas
pengajaran
g.
Partisipasi
siswa
h.
Kegiatan belajar siswa
i.
Tujuan umum pendidikan
b.
Teori
psikologi humanistik, menurut aliran humanisme bahwa perilaku manusia itu ditentukan
oleh dirinya sendiri, oleh faktor internal, dan bukan oleh kondisi lingkungan
ataupun pengetahuaannya.
Carl R. Rogers mengemukakan
prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
a.
Manusia
mempunyai dorongan untuk belajar.
b.
Belajar
akan bermakna jika yang dipelajari relevan dengan kebutuhan anak.
c.
Belajar
diperkuat dengan mengurangi ancaman eksternal.
d.
Belajar
dengan inidiatif sendiri akan melibatkan keseluruhan pribadi, baik intelektual
maupun perasaan.
e.
Sikap
berdiri sendiri, kreativitas dan percaya diri diperkuat dengan penilaian diri
sendiri.
Pandangan kaum humanis tentang
proses belajar mengimplikasikan perlunya penataan prioritas kegiatan pendidikan
dan peranan guru. Tujuan pendidikan menurut kaum humanis adalah realisasi diri,
yakni suatu kondisi dimana individu mencapai kesadaran akan dirinya sendiri,
lingkungan san sistem nilai.
c.
Teori
psikologi behavioristik memandang bahwa perilaku manusia adalah hasil
pembentukan melalui kondisi lingkungan. Perilaku adalah hal-hal yang berubah
dan dapat diamati. Perilaku individu dipahami dalam hubungannya dengan
peristiwa yang mendahuluinya.
Menurut teori behavioristik, ada
tiga hal yang mempengaruhi proses belajar seseorang, yaitu: stimulus, respon,
dan akibat.
Tujuan pendidikan menurut aliran
behavioristik adalah berorientasi pada
pengembangan kompetensi, penguasaan secara tuntas terhadap apa-apa yang
dipelajari.
2.
Berdasarkan
pendekatan psikologis dapat diklasifikasikan menjadi:
1.
Teori
belajar disiplin mental, memandang belajar sebagai proses mendisiplinkan tau melatih
fungsi-fungsi jiwa.
2.
Teori
ikatan stimulus dan respon, menyatakan bahwa belajar sebagai ikatan antara
rangasanga yang datang dari luar dan secara otomatis rekasi.
3.
Teori
kognitif, proses memahami.
4.
Teori
prestasi belajar, memandang bahwa proses belajar mempunyai hubungan dengan
proses mengajar, yang menitikberatkan pada faktor-faktor yang berperan dalam
usaha belajar supaya berhasil optimal.
5.
Teori
belajar inovatif, memandang bahwa proses belajar pada anak dan orang dewasa
tertuju pada kemampuan untuk mengantisipasi peristiwa masa depan dalam
menyelesaikan diri pada tuntutan kehidupan masa depan yang mungkin belum pernah
ada polanya sampai sekarang.
G.
Upaya
Pendidikan
Upaya pendidikan adalah suatu
cara usaha pendidikan untuk membimbing anak mencapai kedewasaannya. Cara usaha
ini dapat berupa pendidikan atau situasi yang sengaja diadakan untuk mendidik
anak. Upaya pendidikan berbeda artinya dengan faktor pendidikan, pada faktor
pendidikan adalah suatu pengaruh yang tidak dengan sengaja diadakan oleh
pendidik tetapi walaupun demikian dapat mempunyai pengaruh terhadap anak yang
sama dengan upaya yang dengan sengaja diadakan oleh pendidik. Setiap upaya
pendidikan yang dilaksanakan berhubungan dengan empat hal, yaitu:
1.
Untuk
mencapai suatu tujuan pendidikan.
2.
Dihubungkan
dengan siapa yang mempergunakan upaya itu.
3.
Dihubungkan
dengan cara atau bentuk upaya yang dipergunakan.
4.
Bagaimana
efeknya terhadap anak.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan adalah
suatu kegiatan yang menyangkut interaksi kejiwaan antara pendidik dan peserta
didik dalam suasana nilai-nilai budaya suatu masyarakat (lingkungan pendidikan)
yang didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan hendaknya dilakukan
dengan penuh kewibawaan agar tujuan pendidikan itu sendiri tercapai dengan
mudah. Psikologi pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam proses
pendidikan karena seorang pendidik dituntut harus bisa memahami keadaan
psikologis peserta didik. Fungsi dari psikologi pendidikan itu sendiri
merupakan pemecahan masalah masalah psikologi peserta didik yang sangat
kompleks. Selain itu, kita dapat memilih teori psikologi mana yang tepat untuk
dipakai dalam pembelajaran sehingga hasil belajar akan mencapai tujuan secara
efisien dan efektif.
DAFTAR
PUSTAKA
Rasyidin, Waini. (2010). Landasan Pendidikan, Sub koordinat MKDP
Landasan Pendidikan FIP UPI. Bandung.
disusun oleh: Darin, Helmi, Mina, dan Melli.
No comments:
Post a Comment